22 April 2011

Memperbaiki Citra Mahasiswa Lewat Tulisan


Sudah sering kita mendengar ungkapan bahwa mahasiswa adalah “agen of change” atau agen perubahan. Layaknya sebuah motor yang yang tak pernah kehabisan bensin terus menderu menyuarakan suara kebenaran. Jiwa muda yang membara menjadi modal utama menyuarakan rintihan dan tangisan rakyat kecil yang selalu tertindas. Sikap kritis dan idealis menjadi ciri khas pergerakan mahasiswa dalam membawa perubahan. Lengsernya Soekarno dan Soeharto menjadi bukti kongkrit betapa hebatnya peran mahasiswa dalam membawa perubahan!

Namun itu adalah masa lalu, masa dimana mahasiswa benar-benar mampu memainkan peran sebagai agen perubahan. Dewasa ini sangat sulit melihat hasil kongkrit dari pergerakan mahasiswa, aksi demonstrasi hampir selalu hanya berakhir dengan baku hantam, media massa sepi dari tulisan para agen perubahan.  Sosok  mahasiswa kritis dan idealis seperti Soe Hok Gie seakan hilang ditelan ribuan mahasiswa yang memilih menjadi aktor apatis. Tulisan kritis macam “Catatan Seorang Demonstran” seakan tergusur oleh gosip dan berita para artis. Lalu dimanakah para aktor yang mengaku agen perubahan itu bersembunyi? Apakah jiwa  kritis mereka telah lenyap tergantikan jiwa baru yang berbunyi apatis? Atau memang peran mahasiswa jaman sekarang hanya sekedar mengejar IPK tinggi kemudian lulus mendapatkan pekerjaan yang layak sementara disekitar mereka rakyat miskin masih menangis kelaparan? Jika memang seperti itu di mana makna title “Mahasiswa” dalam diri mereka? Di mana perbedaan istilah mahasiswa dengan siswa jika hanya itu peran yang dapat dilakukan?


Sudah saatnya mahasiswa bangkit memperbaiki citra diri mereka sendiri sebagai aktor perubahan bukan sebagai aktor kerusuhan seperti anggapan banyak golongan masyarakat. Kesempatan itu terbuka lebar seiring dengan kemajuan teknologi dan media informasi. Hal paling mudah namun paling efektif untuk dilakukan adalah lewat tulisan. Tulisan yang merupakan ungkapan dari pemikiran pemikiran kita sebagai mahasiswa yang kritis dan idealis. Lewat tulisan kita bisa menguak kebusukan antek pemerintah atau aktor kejahatan lain sehingga bisa memberikan solusi yang brilian demi perbaikan dan perubahan bangsa ini. Banyak media massa yang masih menyediakan ruang untuk menampung suara perubahan dari para mahasiswa. Bukti bahwa media massa masih percaya bahwa mahasiswa mampu menghasilkan tulisan bermutu yang mampu membawa perubahan terhadap bangsa ini atau setidaknya memberikan solusi terhadap permasalahan yang timbul dewasa ini. Saat semua fasilitas pendukung untuk menulis telah tersedia maka yang dibutuhkan hanyalah kemauan dan keberanian untuk menulis. Ya hanya kemauan dan keberanian untuk menuangkan pemikiran ke dalam sebuah tulisan yang dibutuhkan, tidak lebih. Setiap mahasiswa itu pasti mampu untuk menulis hanya terkadang banyak yang tidak mau dan tidak berani untuk menuangkan pemikiran mereka lewat sebuah tulisan. Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin”, kata kata dari Soe Hok Gie ini seharusnya membuat kita malu. Bagaimana tidak ketika saat itu pers benar-benar dibatasi kebebasannya dalam menyuarakan suara mahasiswa tapi mereka para mahasiswa dengan lantang tetap berani menuangkan kritik tajam terhadap pemerintahan lewat media massa. Media massa kala itu hampir setiap hari dihiasi oleh tulisan kritis para mahasiswa yang menginginkan perubahan dan kemajuan bangsa. Saat ini ketika pers telah diberi kebebasan, kita sebagai mahasiswa seharusnya lebih berani menyuarakan kebenaran dan ide brilliant demi kemajuan bangsa kita sendiri. Jangan biarkan pemikiran dan ide brilliant kita hanya mengendap bersama kotoran dan lemak dalam otak kita! Keluarkan, Ungkapkan, Tuliskan, Teriakan pemikiran dan ide jeniusmu! Penuhi halaman media massa dengan tulisanmu! Karena itulah sesungguhnya tugas mahasiswa, tugas kita semua mahasiswa Indonesia untuk meneriakan kebenaran dan membawa perubahan terhadap bangsa ini. 

Maju terus Mahasiswa Indonesia!


Referensi

sumber foto :

Tidak ada komentar: