27 Februari 2011

Menjelajah Gunung Purba Nglanggeran



Gunung Nglanggeran adalah sebuah gunung api purba berumur sekitar 60 juta tahun yang terletak di kawasan Baturagung, bagian utara Kabupaten Gunung Kidul pada ketinggian sekitar 200-700 mdpl.Teletak di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk, tempat  ini dapat ditempuh sekitar 15 menit atau sekitar 22 km dari kota Wonosari.

Anda gemar naik gunung namun sedang gak punya waktu untuk melampiaskan ? Mungkin ini bisa menjadi alternatif anda untuk sekedar memenuhi hasrat naik gunung anda.Seperti yang saya lakukan bersama 5 rekan saya pada 25 september tahun lalu. Berbekal informasi dari teman mengenai nglanggeran, rencana yang semula mau ke pantai sekitar gunungkidul berubah haluan jadi naik gunung. Karena dadakan kami pun ke nglanggeran tanpa persiapan naik gunung. lha wong malah pake celana jeans + sendal jepit ^^ . tapi memang untuk naik gunung ini gak perlu peralatan aneh aneh, tenda pun gak perlu karena banyak cerukan kayak gua yang bisa buat tidur.

kami berangkat dari rumah sekitar jam 11 malam, nyampe nglanggeran sekitar jam 00.30. Menurut info lamanya pendakian cuma sekitar 2 jam maka dari itu kami memutuskan untuk tidur tiduran dulu di joglo yang memang disediakan disana. Disana kami bertemu dengan beberapa orang yang ternyata mahasiswa UNY yang sedang mempersiapkan acara semacam ospek pada esuk hari. Perbincangan pun terjadi dengan mereka, dan hasilnya mereka mengatakan kalo pendakian bisa memakan waktu 4 jam. ( nahlo mana yang bener, maklum kami belum pernah kesini sebelumnya ). karena informasi itu kami memutuskan untuk naik pukul 02.30 demi mengejar sunrise. Berbekal sebuah senter pinjaman warga sekitar kami pun mulai mendaki..

Baru 5 menit mendaki saya sudah terpleset, kondisi medan yang habis diguyur hujan lebat pada siang hari memang sangat licin ditambah dengan jalur pendakian yang merupakan jalur air dan minimnya pepohonan di sekitar jalur buat pegangan. Jadi saran saya kalo mau kesini jangan pas musim hujan. Medan yang dilalui ternyata cukup menantang juga, selain jalur air dengan kemiringan 45 derajat beberapa kali juga harus memanjat bebatuan besar . Bagian paling menegangkan adalah ketika kami berjumpa dengan celah di antara dua batuan gunung setinggi lebih dari 100 meter. Celah sempit yang hanya muat dilewati satu orang ini dikenal dengan julukan Goa Jepang. Perjalanan kali ini terasa melelahkan, bukan karena jaraknya yang jauh tapi karena licin bukan main, ditambah dengan sendal jepit swallow yang ternyata gak mau diajak becek becekan^^.Sebelum sampai dipuncak kami kami sampai pada hamparan batu besar yang cukup datar. Darisitu pemandangan tower tower dan kota jogja sangat memukau, sayang karena cuma berhenti sebentar jadi gak sempet ngeluarin kamera.


Kami sampai dipuncak sekitar jam 4 pagi, disana kami bertemu dengan rombongan anak pramuka lengkap dengan pembina nya yang ternyata sedang melakukan pelantikan. Hasil perbincangan saya dengan pembinanya ternyata puncak yang bagus buat liat sunrise ada di puncak satunya, bukan puncak yang ini ( damn, mau kembali juga udah gak sempet waktunya T.T ). Sebenarnya saya kesini buat nyoba slowspeed an motret bintang, tapi ternyata emang bukan hari yang baik. Langit sangat mendung dan tak nampak satu bintangpun, akhirnya kamipun cuma duduk duduk sambil menanti fajar tiba. Dalam hati saya bertekad kembali kesini lagi suatu saat nanti melanjutkan misi yang tertunda.
bukit yang menghalangi sunrise itulah katanya puncak yang benar

Mungkin perjalanan kali ini kurang berhasil, namun saya berjanji akan kembali kesana lagi untuk mendapatkan lautan bintang dan indahnya sunrise di bukit para dewa, Gunung Purba Nglanggeran.

Awal Mula Mengenal Dunia Fotografi


Sebelum melangkah jauh kedepan saya ingin sedikit berbagi cerita bagaimana dan kapan saya mengenal dunia yang ternyata bisa ngabisin duit tapi juga bisa buat cari duit ini ( walaupun masih sering lebih banyak arus keluar daripada arus masuk ^^ )

awal mula suka fotografi kayaknya udah mulai dari kecil, waktu itu bokap punya kamera pocket merk kodak ( kalo gak salah ) yang masih pake roll film. nah kalo ada acara plesir plesir (rekreasi) saya lah yang didaulat menjadi sang juru foto ( bangga lho padahal ya cuma bisa asal jepret doang.haha). Pada jaman SMA barulah ortu membeli sebuah mainan baru yaitu kamera pocket lagi :hammer: , tapi yang ini udah digital coy, dah lumayan canggih pokoknya buat jepret jepret. merk nya canon, entah seri berapa lupa soalnya udah jarang megang tuh pocket. Semenjak itu jadi makin kecanduan deh sama fotografi, dari mulai jepret jepret sendok, gelas, serangga serangga aneh ( ada fitur makronya lho tuh pocket walaupun seadanya :d ) sampai jadi dokumentasi acara acara di kampung :d . Tapi kok makin dieksplor makin berasa gak puas ya pake pocket, ada aja rasa kurangnya ( namanya juga manusia ). Akhirnya mulailah saya berinisiatif menabung receh demi receh buat beli DSLR. Ternyata nabung itu susah banget, masak hampir 2 tahun belum cukup juga uangnya..haha. Akhirnya terpaksa deh minta dana tambahan ke ortu buat beli DSLR. Bulan Desember 2009 akhirnya kebeli juga tuh kamera, gak kayak kebanyakan orang yang suka bingung beli kamera yang mana kalo saya beli yang paling murah aja wong duitnya cuma cukup beli itu.haha^^ . Jadilah saya membeli eos 1000D, kamera entry level yang suka dipandang sebelah mata sama kebanyakan orang tapi buat saya sudah cukuplah buat belajar. Belum saatnya beli yang mahal mahal wong duit aja masih nodong ortu.hihi

jadi si seribu dhe inilah yang sampai saat ini masih menemani saya jalan jalan menangkap momen demi momen yang saya temui..dan begitulah kisah awal mula bertemunya saya dengan dunia fotografi. dunia yang selalu menyenangkan bagi saya, membuat mata saya lebih terbuka dalam melihat dunia dan mensyukuri keindahan alam yang Tuhan berikan.