19 Maret 2011

Menjenguk Merapi

Saya  : "monggo buk, nembe resik resik nopo niki bu ?"
Ibu    : "inggih mas niki resik resik abrak sing iseh iso dinggo"
Saya  : "lha nggriyone sing pundi buk ?"
Ibu    : "lha niku mas sing ten ngarepe njenengan."
Saya : "wah ngantos ngeten niki tho buk, lha saksiniki tinggale ten pundi buk ?"
Ibu    : "sakniki taksih ten barak pengungsian celak SMA niko mas."
...................................

Itulah sepenggal percakapan saya dengan seorang korban merapi di Cangkringan yang tengah membersihkan rumahnya bersama putrinya, oh mungkin lebih tepat jika saya katakan sedang mengumpulkan puing puing rumahnya yang tlah hancur. Harum Belerang yang masih sangat menyengat menambah kepedihan saya ketika menyaksikan puluhan rumah yang sudah hancur diterjang keganasan awan panas letusan merapi. Bahkan di beberapa titik masih terdapat kepulan asap yang menandakan bahwa didalam timbunan pasir masih sangat panas. Pemandangan yang mengingatkan saya bahwa kita di dunia bukan apa apa dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan. Semoga mereka diberi ketabahan dan dapat segera bangkit menata hidup yang lebih baik.

hancur sudah rumaku

tak ada yang tersisa

mencoba memulai kembali

merapi dengan gagahnya

aku pun menjadi korban

Tidak ada komentar: